" Bismillahir-Rahmaanir-Rahim "
Seluruh warga kampung tersebut sudah muak dengan tingkah polah Lia, ya. Lia Amelia si Pelacur. Ia hanya dianggap sebagai biang kesialan di kampung. Tidak ada saudara yang bisa membujuk Lia untuk kembali ke jalan yang benar. Karena Lia tidak pernah mau menggubrisnya. Sebenarnya Lia anak yang baik, hanya karena disakiti pacarnya, yang menjadikan ia nekad, terjun dalam lembah hitam.
Seorang kawannya menunjukkan jalan terbaik melampiaskan dendam Lia pada laki-laki, pada keadaan yang kejam terhadapnya. Hari-harinya dilalui dalam pelukan laki-laki yang berbeda-beda, silih berganti.
Bertahun sudah waktu berlalu, Lia terjangkit penyakit kronis. Tidak seorang pun kawan, saudara, atau tetangga desa yang peduli padanya. Apalagi menengok melihat sakitnya.
Bahkan pas meninggalpun dianggap biasa saja. Layaknya kematian binatang. Lia tidak dikuburkan dengan layak. Orang kampungnya memang termasuk kolot. Jasadnya saja tidak boleh dikuburkan di Pemakaman desa.
Terkuburlah Lia, sang pelacur pada suatu tempat, di tanah kosong. Seorang teman Lia, sesama Pelacur, meratapi kematian Lia. Seorang diri.
Lima tahun sudah waktu berlalu dari saat itu. Saat penguburan Lia. Tidak seorangpun yang mengenang Lia. Lia hanyalah satu potret yang harus dirobek dari sejarah kampung, dari riwayat kampung yang teramat kolot. Yang masih menganggap kesalahan fatal, adalah hukuman seumur hidup bagi si pelaku. Apalagi bagi seorang lia, yang tidak berdaya apa-apa.
Lima bulan yang lalu kampung tersebut geger. Kampung di mana Lia terkubur dengan begitu saja, tanpa tata cara tanpa ritual. Sebuah proyek besar untuk Pembuatan jalan tol, kebetulan melewati kampung tersebut. juga melewati kuburan lia.
Buldozer yang memiliki kekuatan ratusan Ton, tidak mampu menembus tanah di mana Lia dikuburkan. Berkali-kali moncong bulldozer diarahkan, berkali pula orang terkesima. Karena tanah itu bagaikan batu karang yang teramat kokoh. Tidak tersentuh sama sekali. Namun saat di dengan gali dengan cangkul petani biasa, tanah itu begitu mudah dikeruk. Seakan tidak pernah terjadi keanehan apa-apa.
Semua mata terbelalak menyaksikan jasad yang masih membujur, dengan kondisi tubuh yang masih kelihatan segar, tidak seperti layaknya mayat yang sudah terkubur lima tahun lamanya. Bau harum semerbak tercium dari jasad itu.
Harum yang lain dari parfum manapun. Harum yang belum pernah ada sebelumnya dibumi. Harum yang keluar dari jasad seorang Lia yang sudah terkubur lima tahun lamanya. Teman saya yang kebetulan sebagai mandor di situ, ikut kaget dan bingung juga. Semua warga gempar.
Oleh penduduk, dilacaklah keberadaan si jasad. Dari teman almarhum Lia yang masih menjalankan profesinya sebagai pelacur, terungkap bahwa sebenarnya, satu tahun sebelum kematiannya, Lia sudah bertaubat. Tapi taubat itu tidak pernah Lia ungkapkan kepada siapapun. Termasuk kepada teman akrabnya. Semua Lia curahkan pada buku hariannya. Tertulis lengkap.
Lia berusaha menjalankan semua perintahNya. Dari yang wajib dan yang sunah, bahkan semua yang sunah dia kerjakan. Lia menjalankan dengan Ikhlas. Buku harian itulah saksi utama semua ratapan dan jerit penyesalan seorang Lia, seorang Pelacur yang bertobat dengan diam-diam?
Semua mata berkaca-kaca. Terlihat begitu sedih dengan roman penyesalan yang jelas tergambar. Hari itu pemakaman Lia. Pemakaman kembali seorang (bekas) Pelacur yang pernah terhina begitu rupa.
Setelah terkubur selama lima tahun, Lia dimakamkan kembali dengan layak. Dimakamkan selayaknya pemakaman seorang manusia biasa. Diiringai doa-doa dan ratap penyesalan dari saudara dan warga kampung...
By : Osteen -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar